Satu-satunya cara untuk mengatasi situasi bermasalah, adalah
untuk bersikap realistis ketika merencanakan CBT, dengan mempertimbangkan,
batas struktural dan kultural operasional untuk memperluas partisipasi
komunitas (Tosun, 2000). Partisipasi local sangat penting untuk mencapai tujuan
pembangunan global berkelanjutan. Namun, keterlibatan tersebut sering
melibatkan pergeseran kekuasaan dari pemerintah daerah ke aktor lokal. Selain
itu, konsensus yang nyata dan kontrol lokal yang benar tidak selalu mungkin,
praktis atau bahkan diinginkan oleh beberapa komunitas yang mengembangkan CBT.
Perencana perlu wawasan dalam jaringan relasi kekuasaan serta dalam cara
pemangku kepentingan menjalankan CBT. Juga diperlukan pendidikan dan pelatihan
komunitas untuk pengembangan pariwisata secara mendasar. Komunitas lokal harus
mengembangkan strategi untuk menerima dan berinteraksi dengan wisatawan serta
agar menampilkan diri dan budaya mereka terlihat (Reid, 2002). Dengan menemukan
keseimbangan yang tepat antara keuntungan ekonomi dan integritas budaya.
Tulisan ini dimaksudkan untuk menekankan pentingnya pemandu
wisata lokal di CBT, terutama ketika produk wisata budaya ingin dikembangkan.
Karena kekuatan komunikatif pariwisata, representasi warisan budaya berpengaruh
langsung dan berpotensi signifikan terhadap komunitas yang sedang disajikan,
diwakili dan disalahpahami. Setiap program CBT yang sukses memerlukan pemandu
wisata terlatih dan, jika mungkin, oleh orang lokal. Jika pemandu berasal dari komunitas
di mana kegiatan pariwisata sedang berlangsung, posisi sebagai orang dalam, memberi
mereka keuntungan mengetahui kepekaan budaya. Hal ini membantu untuk
menghindari beberapa masalah yang dibahas di atas. Pelatihan profesional
diperlukan untuk meningkatkan keterampilan pemandu dan perhotelan, dan menyadari
dilema etis yang kompleks, seperti disjunctures antara konsepsi lokal komunitas
dan cara-cara di mana persepsi wisatawan terbentuk. Antropolog pariwisata dapat
berperan penting dalam program ini (Salazar, 2010). Pelatihan seperti itu dapat
mengatasi masalah utama dan membantu pemandu wisata untuk mengambil keputusan tentang
membimbing wisatawan.
Tantangannya ialah mengembangkan bentuk pariwisata yang dapat
diterima oleh berbagai kelompok kepentingan dalam komunitas dan bernilai ekonomis
dan lingkungan berkelanjutan. Pemandu lokal profesional terlatih, Harus
memperoleh insentif untuk pekerjaan mereka (sehingga mereka tetap termotivasi
untuk tinggal), sebagai elemen kunci untuk mencapai CBT berkelanjutan. Selain
memberikan Pengalaman tak terlupakan, mereka dapat berperan membantu komunitas
untuk memiliki harapan lebih realistis tentang pengembangan pariwisata. Dengan
cara yang sama orang-orang di Indonesia memiliki kecenderungan untuk mementingkan
wisatawan dan menceritakan mitos mereka .
Kehadiran pengunjung makmur juga menciptakan kerinduan untuk
perubahan berdasarkan ilusi dari "kehidupan yang baik" di luar
negeri, yang juga menghasilkan ketegangan antara proyek local (Mis. modernisasi
vs cagar budaya). Dengan demikian, pemandu dan antropolog sosial budaya harus
mampu untuk mengubah banyak tantangan yang dihadapi CBT menjadi peluang berharga
dan membangun peka budaya.
BERSAMBUNG KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar